Kamis, 03 November 2016

CHART: TEORI MASUKNYA AGAMA HINDHU-BUDHA DI INDONESIA

CHART

1. Karakteristik Chart yang efektif 
- Mengetahui tujuan chart itu dibuat (tujuan apa yang dicapai). Contoh: siswa dapat mengetahui berbagai teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindhu-Budha di Indonesia dari chart yang telah dibuat serta ditambahkan penjelasan oleh pendidik.

- Chart dapat mengurangi penjelasan dari kata-kata. Chart tersebut bisa menjelaskan. Artinya dengan melihat chart saja diharapkan peserta didik dapat memahami atau mengerti maksud dari apa (penjelasan) yang telah dituangkan di dalam chart.

- Media visual yang Simple itu lebih baik (jadikan itu simple untuk siswa) (KISS-Keep It Simple For Student).

- Media visual (chart) harus bisa mengkomunikasikan. Artinya media visual (chart) harus bisa menyampaikan pesan sehingga dapat terjadi komunikasi dari pemaparan chart tersebut.

- Informasi yang dijelaskan dengan kata-kata harus sesuai dengan media visual yang digunakan. 

2. Penjelasan (Deskripsi) Chart 
Adapun penjelasan (deskripsi) chart sebagai berikut: 

A. Pembawa Pengaruh Agama dan Kebudayaan Hindhu-Budha
Bagaimana proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindhu-Budha ke Indonesia? Siapa yang membawa agama dan kebudayaan Hindhu-Budha ke Indonesia? Hal itu menimbulkan berbagai macam interpretasi karena tidak ada bukti yang konkrit. Ada beberapa teori tentang masuknya agama dan budaya Hindhu-Budha ke Indonesia, antara lain sebagai berikut: 
a. Teori Brahmana
Pendukung teori Brahmana ialah J.C Van Leur. Teori Brahmana ini mengungkapkan bahwa pembawa agama dan kebudayaan Hindhu-Budha ialah golongan Brahmana (pendeta). Para Brahmana datang ke Nusantara diundang oleh penguasa Nusantara untuk menobatkan raja dengan upacara Hindhu (abhiseka = penobatan). Selain itu kaum Brahmana juga memimpin upacara-upacara keagamaan dan mengajarkan ilmu pengetahuan. Teori ini juga memiliki kelemahan, yaitu di India ada peraturan bahwa Brahmana tidak boleh keluar dari negerinya. Jadi, tidak mungkin mereka dapat menyiarkan agama ke Indonesia.
 b. Teori Ksatria
Pendukung teori Ksatria ialah C.C Berg, Majumdar, Moekerji, dan Nehru. Teori Ksatria ini mengungkapkan bahwa pembawa agama dan kebudayaan Hindhu-Budha ialah golongan kaum ksatria.  Menurut teori ini, pada masa lampau di India terjadi peperangan antar kerajaan. Para prajurit yang kalah perang, kemudian mengadakan migrasi ke daerah lain. Tampaknya, diantara mereka ada yang sampai ke Indonesia dan mendirikan koloni-koloni melalui penaklukan. Mereka menyebarkan agama dan kebudayaan Hindhu-Budha. Kelemahan teori ini adalah tidak ada bukti sejarah yang menunjukkan bahwa Indonesia penah ditaklukan India. 
c. Teori Waisya
Pendukung teori Waisya ialah N.J Krom. Teori Ksatria ini mengungkapkan bahwa pembawa agama dan kebudayaan Hindhu-Budha ialah golongan pedagang (waisya). Mereka mengikuti angin musim (setengah tahun berganti arah) dan enam bulan menetap di Indonesia dan menyebarkan agama dan kebudayaan Hindhu-Budha. Kelemahan teori ini alah tidak ditemukannya kota-kota bandar ramai yang mayoritas penduduknya adalah beragama Hindhu-Budha, tidak seperti bandar-bandar Islam yang terdapat di pesisir Jawa bagian utara. 
d. Teori Sudra
Pendukung teori Sudra ialah F.D.K Bosch dan diperkuat oleh N.J Krom (dalam Handayani 2014:78) mengatakan, "bahwa tanah Indonesia dulu pernah menjadi tempat pengungsian dan pembuangan orang-orang India. Di India pada permulaan tarikh masehi sering terjadi pergolakan politik dan terjadi peperangan. Akibat kejadian itu banyak orang India meninggalkan negerinya untuk menyelamatkan diri". Teori Sudra ini mengungkapkan bahwa pembawa agama dan kebudayaan Hindhu-Budha ialah kaum Sudra yang datang di Nusantar untuk memperbaiki nasib. Ada kelemahan dari teori yang dipaparkan oleh N.J Krom, yaitu dalam kenyataannya beberapa bukti prasasti-prasasti yang ditemukan di Indonesia bertuliskan bahasa Sansekerta. Hal ini bertentangan dengan bahasa yang digunakan oleh orang India pada umumnya. Orang-orang India pada umumnya menggunakan bahasa Prakerta, bukan bahasa Sansekerta. Bahasa Sansekerta hanya diketahui oleh kaum Brahmana atau kaum pendeta, sedangkan bahasa yang digunakan oleh orang-orang pengungsi dan orang-orang buangan bahasa Prakerta (Handayani 2014:78). 
e. Teori Arus Balik
Dikemukakan oleh George Soedes, Sarjana Perancis, mengatakan bahwa setelah terjadi jalinan dagang antara Indonesia dengan India banyak pedagang Indonesia yang melawat ke India kemudian mereka mendatangi tempat-tempat penting baik di India selatan maupun di India Utara yang merupakan pusat-pusat pengetahuan dan kebudayaan India. Sekembalinya dari India kemudian mereka mengajar dan menyebarkan ilmunya tersebut kepada orang-orang Indonesia. Pendapat Coedes tersebut didukung oleh Dr. F. D. Bosch, sejarawan Belanda yang mengemukakan bahwa ketika banyak pemuda Indonesia menuntut ilmu ke India, terutama di pusat kebudayaan (Nalanda dan Benggala). Jadi, menurut teori ini, bangsa Indonesia tidak hanya menerima pengetahuan agama dari orang-orang asing yang datang. Mereka juga aktif mencari ilmu agama di negeri orang dan menyebarkannya setelah kembali ke kampung halamannya. 

Setelah dipaparkan mengenai penjelasan (deskripsi) chart, berikut akan dijelaskan mengenai kelebihan dan kekurangan chart tersebut, sebagai berikut: 
Kelebihan Chart: 
1.  Dari segi ukuran, chart tersebut sudah bisa untuk dilihat sampai tempat duduk paling belakang.
2. Dari segi pemakaian huruf sudah tepat, pemilihan atau pemakain huruf yang digunakan adalah huruf dengan tipe balok serta tegak sehingga bentuk tulisan huruf menjadi jelas.
3. Dari segi pemilihan warna, warna yang dipilih meliputi warna-warna yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya sehingga dari warna tersebut dapat mewakili dari setiap penjelasan.
4. Dalam chart tersebut juga disisipkan atau di masukan gambar sehingga membuat chart tidak monoton dengan tulisan saja, dengan disertakannya gambar juga dapat menarik perhatian dari peserta didik saat melihat serta memahami isi chart tersebut. Gambar tersebut pula juga dapat merepresentasikan pesan dari chart tersebut sehingga juga dapat mengajak berpikir peserta didik mengenai kaitan diantara gambar dengan bagan-bagan didalam chart.

Kekurangan Chart:
1. Dari pemilihan warna tulisan, dalam chart tersebut tidak menggunakan warna secara keseluruhan dalam mewarnai tulisan, sehingga tulisan hanya di warna dengan di arsir saja yang menyebabkan bentuk tulisan menjadi tidak jelas jika dilihat dari jauh yang menimbulkan bayangan pada tulisan, sehingga tulisan dari jauh nampak kurang jelas.
2. Dari segi pemilihan ukuran gambar, dalam chart tersebut nampak adanya ukuran gambar yang tidak seragam, ada yang pas untuk ukuran kertas namun juga ada yang nampak lebih besar yang melebihi ukuran kertas sehingga kerapian di dalam chart berkurang.

Saran yang Tidak Harus Dilakukan Dalam Pembuatan Chart:
1. Buatlah ukuran chart yang ideal sehingga dapat dilihat dengan jarak dekat maupun jauh sehingga pesan yang terkandung dalam chart dapat tersampaikan dengan baik.
2. Gunakanlah huruf balok yang jelas dan tegak ukurannya sehingga kata yang terdapat di dalam chart dapat terbaca dengan jelas baik dari jarak dekat maupun jauh. Jangan gunakan model-model tulisan yang dapat mengganggu dari kejelasan bentuk tulisan.
3. Gunakanlah warna sesuai dengan kebutuhan di dalam chart, jika ingin mewarnai huruf warnai huruf tersebut dengan warna secara keseluruhan, alangkah baiknya jika mewarnai huruf jangan diarsir yang nantinya dapat menimbulkan bayangan saat huruf tersebut dibaca dari jauh. Maka warnai huruf dengan warna penuh.
4. Jangan gunakan gambar yang tidak representative atau gambar yang tidak ada kaitannya dengan chart yang alangkah baiknya jangan digunakan atau dimasukan.

Referensi (Sumber): 
1.  Listiyani, Dwi. A. 2009. SEJARAH Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
2. Suparmin & Holisah, Sifa. 2014. Sejarah SMA/MA. Surakarta: Suara Media Sejahtera.
3. Handayani, Sri. 2014. Bahan Ajar Mata Kuliah Sejarah Indonesia I. Jember: Univesitas Jember.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar