PETA KONSEP
1. Pengertian Peta Konsep Menurut Para Ahlia) Menurut Suparno (2005:11) mengatakan peta konsep adalah suatu gambaran skematis untuk mempresentasikan suatu rangkaian konsep dan kaitan antar konsep-konsep. Peta konsep juga merupakan kaitan antar konsep-konsep yang mempunyai arti dan makna tertentu.
b) Menurut Hudjo, et al (2002) mengemukakan peta konsep adalah keterkaitan antara konsep dan prinsip yang di representasikan bagai jaringan konsep yang perlu d ikonstruksi dan jaringan konsep hasil konstruksi inilah yang disebut peta konsep.
2. Langkah-Langkah Menyusun Peta Konsep
Langkah-langkah menyusun peta konsep (Arends 1997;258), sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi pokok yang melingkupi sejumlah konsep (memilih suatu bahan bacaan)
b) Mengidentifikasi ide atau konsep sekunder yang menunjang ide utama (menentukan konsep-konsep yang relevan).
c) Tempatkan ide utama di tengah atau di puncak (mengelompokkan atau mengurutkan konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling eksklusif).
d) Kelompokkan ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama (menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif di letakkan di bagian atas atau pusat di pusat bagan tersebut).
3. Manfaat Peta Konsep
Menurut Michalko (dalam Buzan, 2011:6) manfaat dari penggunaan peta konsep antara lain akan membantu untuk mengaktifkan seluruh otak, membantu dalam membereskan akal dari kekusutan mental, memungkinkan untuk fokus dalam pokok bahasan, membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang diperoleh, dan membantu mengisyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentang sesuatu dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.
4. Penjelasan (Deskripsi) Peta Konsep
Adapun penjelasan (deskripsi) peta konsep sebagai berikut:
A. Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindhu-Budha Di Indonesia
Perkembangan agama dan
kebudayaan di Indonesia juga dipengaruhi oleh agama Hindhu-Budha yang nantinya
juga memiliki pengaruh dalam aspek kehidupan dan kebudayaan yang ada di
Indonesia.
Agama Hindhu-Budha
lahir dan berkembang di India. Agama dan kebudayaan Hindhu di India mencapai
puncak kejayaan semasa pemerintahan Candragupta dai Dinasti Maurya. Sedangkan
agama Budha mencapai puncak kejayaan semasa pemerintahan Raja Asoka. Dari India,
agama dan kebudayaan Hindhu-Budha kemudian juga berkembang ke Indonesia.
Dalam ajaran agama
Hindhu dikenal 3 dewa utama, ketiga dewa tersebut dikenal dengan sebutan Tri Murti, yaitu:
1. Brahma sebagai dewa pencipta segala sesuatu,
2. Wisnu sebagai dewa pemelihara alam,
3. Siwa sebagai dewa perusak.
Untuk agama Hindhu
memiliki 4 kitab, yaitu:
1. Reg Wed Samhita
Artinya nyayian suci, Wid artinya tahu atau bijaksana, Samhita berarti pengumpulan. Reg weda samhita berisikan tentang syair pujian untuk para dewa yang terdiri dari hymne-hymne yang terdiri dari 3 baris yang diucapkan waktu fajar dan waktu senja yang disebut Bayatri. Tujuan diucapkan kitab ini adalah agar cita-citanya terkabul dan tidak dihalangi oleh para dewa.
2. Sama Weda Samhita
Sama artinya lagu, sehingga Sama weda harus dinyanyikan. Kitab ini terdiri dari syair Reg Weda dengan diberi tanda lagu atau di lagukan. Bagian syair pujian yang dianggap sangat dalam isinya adalah Brihatsama. Kitab ini telah di beri keterangan-keterangan dalam bentuk prosa, terbentuk di daerah sungai Gangga dan sungai Yamun. Bentuk kitab tersebut banyak kemasukan unsur-unsur kebudayaan asli India.
3. Yayur Weda Samhita
Berisi mantera-mantera, karena Yayur Weda berarti rapal. Yayur weda harus diucapkan dengan tepat karena berisi tentang doa-doa dan mantera, bila dilaksanakan upacara mantra tersebut harus diucapkan oleh pendeta yang bertugas. Yayur weda menpunyai bagian-bagian, misalnya bagia pertama berisi doa saja sehingga disebut Yayur Putih. Bagia kedua disebut Yayur Hitam yang berisi keterangan. Apabila diselenggarakan upacara dalam agama Hindhu dipimpin oleh 4 pendeta yang memimpin doa dan menyanyi.
4. Atharwa Weda Samhita
Terbentuk paling akhir, kurang lebih tahun 1000 B.C yang berisi mantra-mantra orang yang sedang sakit, mantra pengobatan, nyanyian-nyanyian bagi Brahmana Kosmogny, yaitu tentang terjadinya dunia. Kitab ini sebagai Weda atau berisi tentang pengetahuan yang tinggi maka tidak digunakan untuk umum dan hanya dimiliki dan diketahui oleh Brahmana saja.
Didalam agama Hindhu
juga terdapat pembagian kasta, yaitu:
1. Kasta Brahmana
Kasta Brahmana ditempati oleh para pendeta (pemimpin agama).
2. Kasta Ksatria
Kasta Ksatria ditempati oleh para ksatria atau prajurit.
Kasta Ksatria ditempati oleh para ksatria atau prajurit.
3. Kasta Waisya
Kasta Waisya ditempati oleh para pedagang pada umumnya.
Kasta Waisya ditempati oleh para pedagang pada umumnya.
4. Kasta Sudra
Kasta Sudra ditempati oleh para rakyat jelata yang hidup miskin.
Kasta Sudra ditempati oleh para rakyat jelata yang hidup miskin.
Agama Budha tumbuh di India tepatnya dibagian Timur Laut muncul sekitar 525 M. Agama Budha muncul dan dikenalkan oleh Sidharta Gautama. Ajaran agama Budha dibukukan dalam kitab Tripitaka (dari bahasa Sansekerta Tri artinya tiga dan Pitaka artinya keranjang). Kitab Tripitaka terdiri atas 3 kumpula tulisan, yaitu:
1. Sutta (Sutrantapitaka) Pitaka berisi kumpulan-kumpulan khotbah, pokok-pokok atau dasar ajaran sang Budha.
2. Vinaya Pitaka berisi kodefikasi aturan-aturan yang berkenaan dengan kehidupan pendeta atau segala macam peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluknya.
3. Abhidama Pitaka berisi filosof (falsafah agama), psikologi, klasifikasi, dan sistematisasi doktrin.
Di dalam agama Budha terdapat 2 aliran, yaitu:
1. Budha Mahayana
2. Budha Hinayana
Bagaimana proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindhu-Budha ke Indonesia? Siapa yang membawa agama dan kebudayaan Hindhu-Budha ke Indonesia? Hal itu menimbulkan berbagai macam interpretasi karena tidak ada bukti yang konkrit. Ada beberapa teori tentang masuknya agama dan budaya Hindhu-Budha ke Indonesia, antara lain sebagai berikut:
1. Teori Brahmana
2. Teori Ksatria
3. Teori Waisya
4. Teori Sudra
5. Teori Arus Balik
C. Pengaruh Agama dan Kebudayaan Hindhu-Budha di Indonesia
Sikap bangsa Indonesia
terhadap kebudayaan dari luar ialah aktif
selektif. Artinya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia di seleksi dan di sesuaikan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Oleh karena itu setelah agama dan kebudayaan Hindhu-Budha masuk ke Indonesia terjadilah akulturasi.
Perwujudan akulturasi antara kebudayaan Hindhu-Budha dengan kebudayaan Indonesia antara lain:
Perwujudan akulturasi antara kebudayaan Hindhu-Budha dengan kebudayaan Indonesia antara lain:
1. Seni Bangunan
Akulturasi seni
bangunan terlihat pada bangunan candi, seperti candi Borobudur yang merupakan
perpaduan kebudayaan Budha yang berupa patung dan stupa dengan kebudayaan asli
Indonesia yakni punden berundak (Budaya Megalithikum).
Candi berasal dari kata
candika, sebutan untuk Durga sebagai Dewi Maut. Jadi bangunan candi, ada
hubungan dengan kematian. Memang candi di dirikan sebagai makam dan sekaligus
tempat pemujaan, khususnya makam para raja dan orang-orang terkemuka.
Pada umumnya bangunan candi terdiri dari 3 bagian (triloka), yakni kaki candi, tubuh candi, dan atap candi. Pembagian itu melambangkan pembagian alam semesta.
- Kaki candi melambangkan alam bawah (bhurloka), ialah dunia manusia yang masih berkaitan dengan hal-hal duniawi.
- Tubuh candi, melambangkan alam antara atas dan bawah (bhurwarloka), ialah dunia manusia yang sudah tidak berkaitan dengan hal-hal duniawi.
- Atap candi, melambangkan dunia atas (swarloka), ialah dunia para dewa, dunia di mana para dewa bersemayam.
2. Seni Rupa dan Seni Ukir
Akulturasi di bidang
seni rupa dan seni ukir terlihat pada candi Borobudur yang berupa relief Sang Budha Gautama (pengaruh dari Budha) dan relief perahu bercadik, perahu besar tidak bercadik, perahu lesung, perahu kora-kora, dan rumah panggung yang atapnya ada burung bertengger (asli Indonesia). D isamping itu, juga ragam hias pada candi-candi Hindhu-Budha dan motif-motif batik yang merupakan perpaduan seni India dan Indonesia.
3. Aksara dan Seni Sastra
Pengaruh budaya
Hindhu-Budha salah satunya menyebabkan bangsa Indonesia memperoleh kepandaian
membaca dan menulis aksara, yaitu huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Kepandaian baca-tulis akhirnya membawa perkembangan dalam seni sastra. Misalnya, cerita Mahabarata dan Ramayana berakulturasi menjadi wayang "purwa" karena wayang merupakan kebudayaan asli Indonesia. Demikian juga kitab Mahabarata dan Ramayana di gubah menjadi Hikayat Perang Pandawa Jaya dan Hikayat Sri Rama, dan Hikayat Maharaja Rahwana.
Dalam pertunjukan pewayangan yang merupakan kebudayaan asli Indonesia, isi ceritanya dari India yang bersumber pada kitab Mahabarata dan Ramayana. Munculnya tokoh punakawan, seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong adalah penambahan bangsa Indonesia sendiri. Ragam hias pada wayang purwa adalah akulturasi seni India dan Indonesia.
4. Sistem Pemerintahan
Di bidang pemerintahan
dengan masuknya pengaruh Hindhu-Budha maka muncul pemerintahan yang dipegang
oleh raja. Semula pemimpinnya adalah kepala suku yang dianggap mempunyai kelebihan dibandingkan warga lainnya (primus interpares). Raja tidak lagi sebagai wakil dari nenek moyang, tetapi sebagai penjelmaan dewa di dunia sehingga muncul kultus "dewa raja".
5. Sistem Kalender
Masyarakat Indonesia
telah mengenal astronomi sebelum datangnya pengaruh Hindhu-Budha. Pada waktu itu
astronomi dipergunakan untuk kepentingan praktis. Misalnya, dengan melihat letak rasi (kelompok) bintang tertentu dapat ditentukan arah mata angin pada waktu berlayar dan tahu kapan mereka harus melakukan aktivitas pertanian.
Berdasarkan letak bintang dapat diketahui musim-musim yang ada, antara lain musim kemarau, musim labuh, musim hujan, dan musim mareng. Jadi di Indonesia telah mengenal sistem kalender yang berpedoman pada pranatamangsa, misalnya mangsa Kasa (kesatu) dan mangsa Karo (kedua).
Kebudayaan Hindhu-Budha yang masuk ke Indonesia telah memiliki perhitungan kalender, yang disebut kalender Saka dengan perhitungan 1 tahun Saka terdiri atas 365 hari. Menurut perhitungan tahun Saka, selisih tahun Saka dengan tahun Masehi adalah 78 tahun.
6. Sistem Kepercayaan
Nenek moyang bangsa
Indonesia mempunyai kepercayaan menyembah roh nenek moyang (animisme) juga dinamisme dan totemisme. Namun,setelah pengaruh Hindhu-Budha masuk terjadilah akulturasi sistem kepercayaan sehingga muncul agama Hindhu-Budha. Pergeseran fungsi candi. Misalnya fungsi candi di India sebagai tempat pemujaan, sedangkan di Indonesia candi di samping tempat pemujaan juga ada yang difungsikan sebagai makam (biasanya raja/ pembesar kerajaan)
7. Filsafat
Akulturasi filsafat
Hindhu-Budha di Indonesia menimbulkan filsafat Hindhu Jawa. Misalnya, tempat
yang makin tinggi makin suci sebab merupakan tempat bersemayam para dewa. Itulah sebabnya raja-raja Jawa (Surakarta dan Yogyakarta) setelah meninggal dimakamkan di tempat-tempat yang tinggi, seperti Giri Bangun, Giri Layu (Surakarta), dan Imogiri (Yogyakarta).
Setelah
dipaparkan mengenai penjelasan (deskripsi) peta konsep, berikut akan dijelaskan
mengenai kelebihan dan kekurangan peta konsep tersebut, sebagai berikut:
Kelebihan Peta Konsep:
1. Dari segi ukuran, peta konsep tersebut sudah bisa untuk dilihat sampai tempat duduk paling belakang.
2. Dari segi pemakaian huruf sudah tepat, pemilihan atau pemakain huruf yang digunakan adalah huruf dengan tipe balok serta tegak sehingga bentuk tulisan huruf menjadi jelas.
3. Dari segi pemilihan warna, warna yang dipilih meliputi warna-warna yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya sehingga dari warna tersebut dapat mewakili dari setiap penjelasan.
Kelebihan Peta Konsep:
1. Dari segi ukuran, peta konsep tersebut sudah bisa untuk dilihat sampai tempat duduk paling belakang.
2. Dari segi pemakaian huruf sudah tepat, pemilihan atau pemakain huruf yang digunakan adalah huruf dengan tipe balok serta tegak sehingga bentuk tulisan huruf menjadi jelas.
3. Dari segi pemilihan warna, warna yang dipilih meliputi warna-warna yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya sehingga dari warna tersebut dapat mewakili dari setiap penjelasan.
Kekurangan Peta Konsep:
1. Dari pemilihan huruf, dalam kalimat pengaruh agama Hindhu-Budha di Indonesia untuk huruf yang ditulis menggunakan spidol berwarna hitam kurang terlihat jelas untuk dibaca karena ukuran tulisan huruf yang relatif kecil sehingga dari jauh tidak terlihat dan tidak dapat terbaca dengan jelas.
Saran yang Tidak Harus Dilakukan Dalam Pembuatan Peta Konsep:
1. Buatlah ukuran peta konsep yang ideal sehingga dapat dilihat dengan jarak dekat maupun jauh sehingga pesan yang terkandung dalam peta konsep dapat tersampaikan dengan baik.
2. Gunakanlah huruf balok yang jelas dan tegak ukurannya sehingga kata yang terdapat di dalam peta konsep dapat terbaca dengan jelas baik dari jarak dekat maupun jauh. Jangan gunakan model-model tulisan yang dapat mengganggu dari kejelasan bentuk tulisan.
3. Gunakanlah warna sesuai dengan kebutuhan di dalam peta kosep, jika ingin mewarnai huruf warnai huruf tersebut dengan warna secara keseluruhan, alangkah baiknya jika mewarnai huruf jangan diarsir yang nantinya dapat menimbulkan bayangan saat huruf tersebut dibaca dari jauh. Maka warnai huruf dengan warna penuh.
Referensi (Sumber):
1. Listiyani, Dwi. A. 2009. SEJARAH Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
2. Suparmin & Holisah, Sifa. 2014. Sejarah SMA/MA. Surakarta: Suara Media Sejahtera.
3. Handayani, Sri. 2014. Bahan Ajar Mata Kuliah Sejarah Indonesia I. Jember: Univesitas Jember.
4. Muttaqin, Imam. 2016. Pengertian Peta Konsep dan Contohnya. http://tentangwebsites.blogspot.co.id/2016/09/pengertian-peta-konsep-dan-contohnya.html. [08 November 2016].
5. Sari, Dessy. A. 2015. Pengertian Peta Konsep. http://www.eurekapendidikan.com/2015/08/pengertian-peta-konsep.html. [08 November 2016].
6. Siadari, Coki. 2016. Pengertian Peta Konsep Menurut Para Ahli. http://cokinew.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-peta-konsep-menurut-para-ahli.html. [08 November 2016].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar